A.
Pendahuluan
Al Qur’an
diturunkan untuk seluruh umat manusia yang berlaku hingga akhir zaman. Karena
itulah maka kandungan Al Qur’an begitu luar biasa. Jika kita cermati, Al Qur’an
yang dikatakan sebagai mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW, akan sangat berbeda
dengan mu’jizat-mu’jizat yang telah dikaruniakan kepada nabi dan rasul-Nya
sebelumnya. Kita ketahui bahwa mu’jizat Nabi Musa ialah tongkat yang dapat
menjadi ular besar dan dapat membelah lautan. Nabi Ibrahim dapat selamat dari
api dengan izin Allah, serta Nabi Isa dapat menyembuhkan orang sakit lepra,
menyembuhkan orang buta hingga bisa melihat kembali dan dapat menghidupkan
orang mati.
Mukjizat atau bukti-bukti kenabian itu terus
berlangsung dengan kemampuan yang memuaskan pada masa terbatas untuk risalah
setiap rasul. Ketika manusia menyelewengkan (mengubah) agama Allah, Dia
mengutus seorang rasul lain dengan agama yang diridhoi-Nya beserta mukjizatnya
yang baru.
Ketika Allah mengakhiri kenabian dengan Nabi
Muhammad SAW. Dia menjamin untuk menjaga agamanya dan menguatkannya dengan
bukti terbesar yang selalu ada di antara manusia sampai hari kiamat.
Jika kita cermati
pada masa-masa ini bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
membuktikan bahwa yang dikandung Al Qur’an itu benar-benar nyata. Untuk itulah
sangat penting bagi kita untuk lebih mendalami tentang mu’jizat Al Qur’an,
karena hal itu akan semakin memperkokoh iman kita kepada Allah SWT.
B.
Pengertian
I’jaz dan Mu’jizat Al Qur’an
Menurut bahasa kata i’jaz diderivasi dari kata al I’jaz yang
berarti lemah atau tidak mampu. Masdar dari kata ‘ajiza
yang berarti berbeda dan mengungguli. Berasal juga dari kata a’jaza
yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang
melemahkan) dinamakan mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak
lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawannya.
Kata i’jazul Quran artinya melemahkannya Al Qur’an.
اعجازالقرآن الناس عن الاتيان بما تحداهم به
Dilemahkan
kitab Al Qur’an kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah ditantangkan
kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti Al Qur’an ini
Al
Qur’an telah menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab yang seperti
Al Qur’an, tetapi tidak ada yang mampu membuat tandingan itu. Oleh karena itu,
Al Qur’an benar-benar i’jaz atau melemahkan manusia seluruhnya, tak ada
seorangpun yang bisa menandingi tantangannya.
Muhammad
Bakar Ismail sebagaimana yang dikutip oleh Usman, menegaskan bahwa:
المعجزة هي الأمر الخارق للعدة
المقرون بالتحدى يوقعه الله تعالى على يدى نبى ليكون حجة له فى دعوته وبرهانا على
صدقه فيما يبلغ عن ربه عزوجل.
Mu’jizat
adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti dengan tantangan yang diberikan
oleh Allah SWT. Kepada nabi-nabi-Nya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas
misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.
Adapun
unsur-unsur yang menyertai mu’jizat menurut M. Quraish Shihab adalah:
1.
Hal
atau peristiwa yang luar biasa, yaitu
sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara
umum hukum-hukumnya. Dengan demikian hipnotismme atau sihir walaupun
sekilas terlihat ajaib tetapi tidak termasuk luar biasa karena dapat dipelajari
2.
Terjadi
atau dipapakarkan oleh seseorang yang mengaku nabi. Bertitik tolak bahwa Nabi
Muhammad Saw. adalah nabi terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi suatu
mu’jizat sepeninggal beliau. Boleh jadi sesuatu
yang luar biasa tersebut tampak pada diri seseorang yang kelak akan menjadi
nabi, tetapi hal itu bukan mukjizat tetapi Irhash, ada juga karamah yang
dipaparkan oleh orang yang taat dan dicintai Allah, tidak mustahil juga Allah
memberikan ihanah (peghinaan) atau istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka)
kepada orang-orang yang durhaka kepada Allah
3.
Mengandung
tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
4.
Tantangan
tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Tantangan tersebut selalu disesuaikan
dengan aspek yang paling diketahui oleh yang di tantang.
Mu’jizat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
1.
Mu’jizat
hissy (indrawi) adalah mu’jizat yang dapat diserap oleh panca indra,
dapat dilihat oleh mata dan dapat didengar oleh telinga. Mu’jizat ini bersifat
tidak kekal dan hanya berlaku untuk satu umat pada satu masa. M’'jizat ini umum
diterima oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad.
2.
Mu’jizat
‘aqly (maknawi) adalah mu’jizat yang dapat diketahui dan dipahami oleh
akal dan tidak hanya diperuntukkan bagi satu umat pada masa tertentu saja,
tetapi untuk seluruh umat manusia. Inilah mu’jizat Al Quran al-Karim yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Allah menjamin keselamatan dan kemurnian Al
Qur’an sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al
Qur’an dan Kami pula yang menjaganya.” (QS. Al Hijr : 9)
Dengan
demikian kitab Taurat, Zabur, dan Injil tidak termasuk mu’jizat ‘aqly karena
hanya diperuntukkan untuk umat zamannya saja (umat pada masa terentu). Demikian pula dengan hadits Qudsi
tidak termasuk mu’jizat karena lafadznya berasal dari Nabi sendiri.
C.
Tujuan
I’jazil Qur’an
Sebenarnya bukanlah tujuan Al Qur’an diturunkan itu untuk melemahkan
manusia, tetapi ada tujuan khusus diantaranya:
1.
Membuktikan
bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab Al Qur’an itu adalah
benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah yang diutus untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Allah kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya
menandingi Al Qur’an kepada mereka yang ingkar.
2.
Membuktikan
bahwa kitab Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah, bukan buatan malaikat
Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad. Seandainya kitab Al Qur’an itu buatan
Nabi Muhammad yang seorang ummi (tidak pandai menulis dan membaca) tentu
pujangga-pujangga Arab mampu membuat seperti Al Qur’an. Tetapi kenyataan mereka
tidak dapat melakukannya.
3.
Menunjukkan
kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar
pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab
tandingan yang sama seperti Al Qur’an yang telah ditantangkan kepada mereka
dalam berbagai tingkat dan bagian Al Qur’an.
4.
Menunjukkan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan
keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar dan sombong tidak mau menerima
kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan atau buatan Nabi
Muhammad sendiri.
Bahkan sindiran-sindiran
dari musuh-musuhnya mengatakan baha Nabi Muhammad mungkin menyalin Al Qur’an
dari orang Yahudi dan Nasrani, atau bahwa dia mungkin belajar tentang
Aristoteles dan Plato dan pasti ia pernah melihat-lihat dan membaca kitab
Taurat, Zabur, dan Injil dan mengulangnya dalam bahasa yang indah. Tetapi hal
itu dibantah dengan firman Allah QS. Al ‘Ankabut ayat 48:
وما كنت تتلوا من قبله من كتب ولا تخطه بيمينك اذالارتاب المبطلون
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya
(Al Quran) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang-orang yang mengingkari(mu).”
Mu’jizat yang diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. berupa “aqliyah lughowiyah”
(rasionalitas bahasa), karena orang-orang Arab pada masa itu merupakan umat
yang memiliki tingkat tertinggi dari segi kefasihan dan retorika.
D.
Sejarah Kitab-kitab Tentang I’jazil Qur’an
Berikut beberapa penulis yang menulis tentang I’jazil Qur’an beserta kitab yang telah ditulisnya antara lain:`
1.
Abu
Ubaidah (wafat 208 H) : kitab Majazul Qur’an
2.
Al
Farra (wafat 207 H) : kitab Ma’anil Qur’an
3.
Ibnu
Quthaibah : kitab Ta’wilu Musykilil Qur’an
4.
Imam
Al Jahidh (wafat 255 H) : kitab Nuzhumul Qur’an dan Al Hayawan
5.
Muhammad
bin Zaid Al Wasithy (wafat 306 H) : kitab I’jazul Qur’an, isinya banyak
mengutip kitab Al Jahidh
6.
Imam
Ar Rumany (wafat 384 H) : Al I’jaz, mengupas segi-segi kemu’jizatan Al
Qur’an
7.
Al
Qadhi Abu Bakar Al Baqillany (wafat 403 H) : kitab I’jazul Qur’an,
mengupas segi-segi kebalaghahan Al Qur’an dan kemu’jizatannya
8.
Abd.
Qohir Al Jurjany (wafat 471 H) : kitab Dala’ilul I’jaz dan Asrarul
Balaghah.
9.
Mushthofa
Shodiq Ar Rofi’y : kitab Tarikhul Adabil Arabi
10.
Prof.
Sayyid Quthub : kitab At Tashwirul Fanni fil Qur’an dan At Ta’birul
Fanni Fil Qur’an.
11.
Imam
al-Khaththabiy (wafat 388 H) : kitab Bayan I’jaz Al Qur’an.
12.
Ibnu
Abi al-Ashba’ : kitab Badi’ Al Qur’an.
13.
Fakhruddin
al Raziy (wafat 606 H) : kitab Aja’ib Al Qur’an.
Ulama-ulama kontemporer yang membahas hal itu
antara lain:
1.
Musthafa
Shadiq al-Rafi’i, I’jaz Al Qur’an
2.
Sayid
Quthub, al-Tashwir al-Fanny fi al-Qur’an
3.
Dr.
Muhammad Khalafullah, al-Qashash al-fanny fi al-Qur’an.
E.
Macam-macam
I’jazil Qur’an
Penjelasan mengenai macam-macam I’jazil Qur’an ini memiliki perbedaan di
kalangan ulama karena berbeda-beda dalam tinjauannya. Berikut beberapa
keterangan mengenai macam-macam I’jazil Qur’an antara lain:
1.
Dr.
Abd. Rozaq Naufal, dalam kitab Al I’jazu Al Adadilil Qur’anil Karim, menjelaskan
bahwa I’jazil Qur’an ada 4 macam yaitu:
a.
Al
I’jazul Balaghah, yaitu kemu’jizatan segi
sastra balaghahnya yang muncul pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
b.
Al
I’jazul Tasyri’i, yaitu kemu’jizatan segi
pensyariatan hukum-hukum ajarannya, yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum
syariat Islam.
c.
Al
I’jazul Ilmu, yaitu kemu’jizatan segi ilmu pengetahuan, yang
muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat Islam.
d.
Al
I’jazul Adadi, yaitu kemu’jizatan segi kuantity atau
matematis/statistik, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih sekarang.
Contoh I’jazul Adadi
adalah
1)
Kata
“iblis” dalam Al Qur’an disebutkan sampai 11 kali/ayat, maka ayat yang menyuruh
mohon perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali.
2)
Kata
“sihir” dengan segala bentuk tasrifnya disebutkan sampai 60 kali/ayat, dan kata
“fitnah” sebagai penyebab sihir juga disebutkan sampai 60 kali.
3)
Kata “musibah” dengan segala bentuk tasrifnya
disebutkan sampai75 kali/ayat, maka lafal syukur dan semua bentuknya yang
merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu juga disebutkan 75 kali.
2.
Imam
Al-Khoththoby (wafat 388 H) dalam buku Al-Bayan Fi I’jazil Qur’an
sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Djalal, mengatakan bahwa kemu’jizatan Al
Qur’an terfokus pada bidang kebalaghahan saja. Jadi hanya ada I’jazul Balaghi
yang mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan yaitu keserasian susunan
huruf-hurufnya dan ketertiban kalimat-kalimatnya, serta keindahan makna. Ulama
yang sepaham dengan Imam Al-Khoththoby yang berorientasi pada balaghah saja
antara lain,
a.
Imam
Ali bin Isa Ar Ramany (wafat 384 H), kitab An Naktu Fi I’jazil Qur’ani Al
Balaghi.
b.
Syekh
Musthafa Shodiq Ar Rafii, kitab I’jazul Qur’an Al Balaghatu An Nabaawiyyatu.
3.
Imam
Al Jahidh (wafat 255 H), dalam kitab Nuzdumul Qur’an, Hujajun Nabawiyah, dan
Al Bayan wa At Tabyin, menegaskan bahwa kemu’jizatan Al Qur’an hanya
satu yaitu pada susunan lafal-lafalnnya saja. Sebab susunan lafal-lafalnya
memang berbeda dari kitab-kitab yang lain, dengan adanya lafal mufrad dan
murakkab, taqdim dan ta’khir, hadzaf dan dzikir, fashal dan washal, dan
sebagainya. Pujangga yang sepaham dengan Al Jahidh antara lain:
a.
Muhammad
bin Jazid Al Wasithy (wafat 306 H), kitab I’jazil Qur’an fi Nudzumi wa
Ta’lifi.
b.
Dr.
Fathi Ahmad Amin, kitab Fikratun Nudzumi Baina Wujuhil I’jazi.
c.
Abd.
Qohir Al Jurjany (wafat 371 H), kitab Dalailul I’jaz
4.
Moh.
Ismail Ibrahim, dalam kitab Al Qur’an wa I’jazihi Al Ilmi mengatakan
bahwa fokus kemu’jizatan Al Qur’an adalah pada bidang ilmu dan pengetahuan.
5.
Al Baqillani menegaskan bahwa I’jaz yang
terdapat dalam Al Qur’an, tidak berasal dari intervensi eksternal yang menutup
kemungkinan bangsa Arab membuat yang semisal dengan Al Qur’an. Al Baqillani
mengakui bahwa pemberitaan perihal yang gaib dan masalah-masalah yang akan
terjadi pada masa mendatang merupakan salah satu aspek kemukjizatan Al Qur’an,
namun ia tidak menafsirkan I’jaz dari aspek itu saja. Al Baqillani
membedakan teks Al Qur’an dengan teks-teks lainnya dari dua sisi, yaitu:
a.
Bentuk eksternal, struktur umum. Al Qur’an tidak
tunduk pada aturan-aturan prosa yang berlaku dalam ujaran biasa.
b.
Aspek susunan dan style (uslub),
kita tidak menemukan perbedaan taraf susunan dan penyusunan meskipun panjang
dan temanya bervariasi.
F.
Kadar/kapasitas
Kemu’jizatan Al Qur’an
Kapasitas kemu’jizatan Al Qur’an adalah kadar yang menjadi mu’jizat dari
kitab Al Qur’an itu, apakah seluruhnya atau sebagian saja. Kapasitas
kemu’jizatan Al Qur’an ini dapat dilihat dari I’jazil At Tahaddi (kemu’jizatan
tantangan Al Qur’an).
Tetapi belum ada yang mampu melawan tantangan itu meskipun kapasitasnya sudah
diubah sampai tiga kali.
1. Tantangan pertama
Tantangan ini ditujukan bagi orang yang mengingkari kewahyuan Al Qur’an
dan menuduh bahwa Al Qur’an itu buatan Nabi Muhammad SAW.
a.
QS Ath Thurayat 33-34:
ام يقولو ن تقو له بل لا يؤمنون. فليأ توا بحديث مثله ان كا نوا صدقين.
“Ataukah mereka mengatakan:
“Dia (Muhammad) membuat-buatnya”. (Tidak demikian), sebenarnya mereka tidak beriman.”
Maka hendaklah mereka, mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur’an itu jika mereka
orang-orang yang benar.”
b.
QS.
Al Isra’ ayat 88:
قل لئن اجتمعت الانس والجن على ان
يأ توا بمثل هذا القرآن لا يأ تون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا.
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekali pun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
Tantangan pertama ini tidak terlawan, maka kapasitas
kemu’jizatan Al Qur’an adalah seluruhnya. Artinya kadar yang menjadi mu’jizat
Al Qur’an adalah seluruh isi dan semua ayatnya. Memang sangat berat melawan
tantangan ini, sehingga dicanangkan tantangan kedua yang lebih ringan.
2. Tantangan kedua
Tantangan ini dicanangkan dalam QS. Hud ayat 13-14:
ام يقو لو ن افترىه قل فأ توا بعشر سور مثله مفتريت وادعوا
من استطعتم من دون الله ان كنتم صدقين.
“Bahkan mereka mengatakan: ”Muhammad telah
membuat-buat Al Qur’an itu.” Katakanlah: ”(Kalau demikian), maka datangkanlah
sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainnya, dan panggillah orang-orang
yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang
yang benar. Jika mereka yang kalian seru itu tidak menerima seruan kalian
(ajakan kalian), itu maka ketahuilah sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan
dengan ilmu Allah, dan bahwasannya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah
kalian berserah diri (kepada Allah).”
Dengan tantangan ini berarti kapasitas kemu’jizatan
Al Qur’an ialah sepuluh suratnya. Artinya sekedar 10 surat Al Qur’an itu saja
sudah membuat seluruh jin dan manusia tidak ada seorangpun yang sanggup
membuatnya yang sama seperti Al Qur’an.
3. Tantangan ketiga
Tantangan ini lebih diringankan lagi, yaitu hanya
satu surat saja.
a.
QS. Al
Baqarah ayat 23-24
وان كنتم في ريب مما نزلنا على
عبدنا فأ توا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله ان كنتم صدقين. فان لم
تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التى وقودها الناس والحجارة اعدت
للكفرين.
“Dan
jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al Qur’an itu,
dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian memang
orang-orang yang benar. Jika kalian tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah
diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan batu yang
disediakan bagi orang-orang kafir.”
b.
QS.
Yunus ayat 38
ام يقولون افترىه قل فأتوا بسورة
مثله وادعوا من استطعتم من دون الله ان كنتم صدقين.
“Atau
(patutlah) mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah: “(Kalau
benar yang kalian katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surah seumpamanya
dan panggilah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain
Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.”
Ternyata
tantangan terakhir ini juga tidak terlawan, berarti satu surat saja sudah
mu’jiz. Sehingga QS. Al Baqarah ayat 24 menegaskan bahwa tidak akan ada orang
yang sanggup melawan Al Qur’an.
Manna’
Khalil al-Qattan, tidak berpendapat bahwa kemu’jizatan itu hanya terdapat pada
kadar tertentu, sebab kita dapat menemukannya pula pada bunyi huruf-hurufnya
dan alunan kata-katanya, sebagaimana kita mendapatkannya pada ayat-ayat dan
surat-suratnya.
Mengenai
segi atau kadar manakah yang mu’jizat, maka jika seseorang penyeledik yang
objektif dan mencari kebenaran memperhatikan Al Qur’an dari aspek manapun yang
ia sukai, segi uslubnya, ilmu pengetahuannya, pengaruh yang ditimbulkannya di
dalam dunia dan wajah sejarah yang diubahnya, tentu kemu’jizatan itu ia dapat
dengan terang dan jelas.
G.
Segi-segi
Kemu’jizatan Al Qur’an
1. Gaya Bahasa
Al Qur’an mencapai
tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasa sehingga membuat kagum, tidak
hanya bagi mukmin tetapi juga bagi orang-orang kafir. Umar bin Khattab yang
awalnya sangat memusuhi Nabi SAW, akhirnya masuk Islam karena mendengar
petikan-petikan ayat Al Qur’an. Banyak juga riwayat yang mengatakan bahwa
banyak tokoh kaum musyrik yang secara sembunyi-sembunyi mendengarkan Al Qur’an
dibaca oleh kaum Muslim.
Syeikh Muhammad Ali
al-Shabuniy, sebagimana yang dikutip oleh Usman mengatakan bahwa keindahan
sastra dan gaya bahasanya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra dan
semua gaya bahasa yang dimiliki orang-orang Arab.Kefasihan bahasanyayang tidak
mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis
manusia.
2. Susunan Kalimat
Terlihat bahwa Al Qur’an,
hadits qudsi dan hadits nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, tetapi uslub (style)
atau susunannya sangat jauh berbeda. Uslub Al Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya
dibanding dengan lainnya dan terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan
pernah ada pada ucapan manusia. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari
paradoksi dan kerancuan.
Menurut pakar Ilmu Balaghah, Al Qur’an sering
menggunakan tsybih, isti’arah, majaz (perumpamaan) dan matsal (perumpamaan).
Contohnya QS. Al Qori’ah
ayat 5, Allah berfirman:
وتكون الجبال كالعهن المنفوش.
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu-bulu
yang dihambur-hamburkan.”
Bulu yang dihambur-hamburkan sebagai perumpamaan
gunung-gunung yang telah hancur lebur berserakan. Dalam ayat tersebut terdapat tasybih,
yaitu musyabbah (yang diserupakan) dan musyabbah bih (yang
diserupakan dengannya), keduanya mempunyai sifat indrawi yang sama.
3. Hukum Illahi yang Sempurna
Kesempurnaan Syari’at
yang ada dalam Al Qur’an mengungguli semua Syari’at dan aturan-aturan lainnya. Mengenai hal ini Al
Qur’an memberi petunjuk adanya tiga macam hukum, yakni:
a. Hukum
yang mengatur alam semesta seluruhnya yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan
Tuhan.
b. Hukum
yang dibuat manusia dan berlaku untuk (mengatur) masyarakat manusia sendiri.
c. Hukum
yang tidak dibuat manusia tetapi berpengaruh dan bahkan pada hakikatnya berlaku
untuk (mengatur) masyarakat manusia, dengan atau tanpa persetujuan manusia,
yang disebut sunnatullah.
Berbagai macam hukum yang dikandung di dalamnya antara lain:
a.
Pokok-pokok
akidah, Al Qur’an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni
beriman kepada Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya Nabi dan Rasul, serta
mempercayai kitab samawi. Akidah Islam memiliki
ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan dan iman agama-agama lain,
antara lain:
1)
Keterbukaan melalui persaksian (syahadat),
seorang muslim senantiasa jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas
orang lain (sebagaimana dalam QS. Al Kafirun)
2)
Cakrawala pandangan yang luas dengan
diperkenalkannya Allah sebagai Tuhan seluruh alam (Rabbul ‘alamin),
bukan Tuhan kelompok tertentu dan agama Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
3)
Kejelasan dan kesederhanaan pokok-pokok ajaran
akidah, serta pengungkapannya tidak berbelit-belit.
4)
Keutuhan antara iman dan Islam atau antara akidah
dan amal (perilaku dan perbuatan).
b.
Pokok-pokok
ibadah, ibadah amaliyah seperti zakat dan ibadah, serta ibadah badaniyah
sekaligus amaliyah yaitu berjuang di jalan Allah.
c.
Bidang
undang-undang, Al Qur’an menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata, pidana,
politik dan ekonomi.
Cara yang digunakan Al
Qur’an dalam menetapkan hukum adalah:
a.
Secara
global
Persoalan
ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan
kepada para ulama melalui ijtihad.
b.
Secara
terperinci
Hukum
yang diterangkan dengan perinci adalah berkaitan dengan hutang piutang, makanan
yang halal dan haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
4. Ketelitian Redaksi
a.
Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
1)
Al-hayah(hidup) dan al-maut (mati), masing-masing sebanyak
145 kali.
2)
An-naf (manfaat) dan al-madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50
kali.
3)
Al-har
(panas) dan al-bard (dingin), masing-masing
sebanyak 4 kali.
4)
Ash-shalihat
(kebajikan) dan as-sayyiat (keburukan),
masing-masing sebanyak 167 kali.
5)
Ath-thuma’ninah
(kelapangan/ketenangan) dan adh-dhiq (kesempitan/kesesalan)
masing-masing sebanyak 13 kali.
6)
Ar-rahbah
(cemas/takut) dan ar-raghbah (harap/ingin),
masing-masing sebanyak 8 kali.
7)
Al-kufr
(kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite,
masing-masing sebanyak 17 kali.
8)
Ash-shayf
(musim panas) dan asy-syita (musim dingin),
masing-masing sebanyak 1 kali.
b.
Keseimbangan
jumlah bilangan dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
1)
Al-harts
dan az-zira’ah (membajak/bertani),
masing-masing 14 kali
2)
Al-‘ujub dan al-ghurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali.
3)
Adh-dhallun
dan al-mawta (orang sesat/mati jiwanya),
masing-masing 17 kali.
4)
Al
Qur’an, al wahyu, dan al-Islam (Al
Qur’an, wahyu dan Islam), masing-masing 70 kali.
5)
Al-‘aql
dan an-nur (akal dan cahaya), masing-masing
49 kali.
6)
Al-jahr
dan al-‘alaniyah (nyata), masing-masing 16
kali.
c.
Keseimbangan
jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya.
1)
Al-infaq
(infaq) dan ar-ridha (kerelaan),
masing-masing 73 kali.
2)
Al-bukhl
(kekikiran) dan al-hasarah (penyesalan),
masing-masing 12 kali.
3)
Al-kafirun
(orang-orang kafir) dan an-nar/al-ahraq (neraka/
pembakaran), masing-masing154 kali.
4)
Az-zakah
(zakat/penyucian) dan al-barakat (kebajikan
yang banyak), masing-masing 32 kali.
5)
Al-fahisyah
(kekejian) dan al-ghadhb (murka),
masing-masing 26 kali.
d. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya.
1)
Al-israf
(pemborosan) dan as-sur’ah (ketergesaan),
masing-masing 23 kali.
2)
Al-maw’izhah(nasihat/petuah) dan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali.
3)
Al-asra
(tawanan) dan al-harb (perang), masing-masing
6 kali.
4)
As-salam
(kedamaian) dan ath-thayyibat (kebajikan),
masing-masing 60 kali.
e.
Beberapa
keseimbangan khusus, antara lain:
1)
Kata
yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali (sebanyak jumlah hari
dalam setahun), dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni)
sejumlah 30 (sama dengan jumlah hari dalam sebulan), dan kata yang berarti
bulan (syahri) hanya ada 12 kali (sama dengan jumlah bulan dalam 1
tahun).
2)
Al
Qur’an menjelaskan bahwa langit ada 7 macam, yang diulang sebanyak 7 kali yaitu
a)
QS.
Al-Baqarah ayat 29
b)
QS.
Al-Isra’ ayat 44
c)
QS.
Al Mu’minun ayat 86
d) QS. Fushshilat ayat 12
e)
QS.
Ath Thalaq ayat 12
f)
QS.
Al Mulk ayat 3
g)
QS.
Nuh ayat 15
Penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi
dalam 6 hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
3)
Kata-kata
yang menunjukkan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa
kabar gembira) atau nadzir (pemberi peringatan) berjumlah 518 sama
dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut.
f. Dualitas
kalimat yang berlawanan
Misalnya dalam QS. Ali Imran ayat 106
“Pada hari yang di
waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula yang hitam muram.”
Pada QS. Ali Imran ayat 141
“Dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang kafir.”
Terlihat ada dualitas dalam ayat tersebut, Allah
membersihkan orang-orang yang beriman dari dosa dengan memberikan ujian.
Sehingga jelas siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafik. Di sisi
lain Allah membinasakan orang-orang kafir.
g. Dualitas
kalimat sambung (jumlah ma’thufah), seperti dalam
“Mereka menyembelih
anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan anak-anakmu yang wanita.” (QS. Al Baqarah : 49)
Maka, kata “anak wanita” bersambung dengan
kata sebelumnya yaitu “mereka menyembelih anak laki-laki.” Ayat tersebut
adalah dualitas yang menjelaskan kekejaman Fir’aun dan bala tentaranya ketika
menyiksa bani Israel.
h. Dualitas
kata sambung dalam kata kerja, seperti dalam firman Allah
سمعنا وأطعنا
“Kami dengar dan kami taat.”
(QS. Al Baqarah: 285)
Mendengar dan menaati adalah dualitas, sehingga dalam bahasa Arab
disebutkan “sam’an wa tha’atan (Baiklah, kita dengar dan taati).”
5. Berita Tentang Hal-hal
yang Ghaib
a.
Berita
tentang Fir’aun yang mengejar-ngejar Nabi Musa diceritakan dalam QS. Yunus ayat
92.
فاليوم ننجيك ببدنك لتكون لمن خلفك
اية. وان كثيرا من الناس عن ايتنا لغفلون.
“Maka pada
hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada
awal abad ke-19, tepatnya tahun 1896, di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang
ahli purbakala Loret menemukan satu mumi yang ternyata ia adalah Fir’aun yang
bernama Munifah. Tanggal 8 Juli
1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka
pembalut-pembalut Fir’aun tersebut yang ternyata jasadnya masih utuh
sebagaimana yang diceritakan dalam Al Qur’an.
b.
Peperangan
Romawi dengan Persia yang dijelaskan dalam QS. Ar Rum ayat 1-5.
الم. غلبت الروم. فى أدنى الأرض
وهم من بعد غلبهم سيغلبون. فى بضع سنين لله الأمر من قبل ومن بعد ويومِئذ يفرح
المؤ منون بنصرالله ينصر من يشاء وهو العزيز الرحيم.
“Alif Laam
Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah
dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah lah urusan
sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan bangsa Romawi itu,
bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”
Sejarahwan
menginformasikan bahwa pada tahun 616 M terjadi peperangan antara Romawi yang
beragama Kristen dan persia yang menyembah api yang berakhir dengan kekalahan
Romawi. Ayat di atas turun untuk menghibur kaum muslimin yang kecewa atas
kekalahan tersebut, karena kaum muslim mengharapkan Romawi yang beragama samawi
menang. Ayat tersebut menginformasikan:
1) Romawi akan menang atas Persia dalam waktu bidh’
sinin, diterjemahkan beberapa tahun.
2) Saat kemenangan itu kaum muslimin akan bergembira
tidak hanya karena kemenangan Romawi tetapi juga dengan kemenangan yang
dianugerahkan Allah.
Ternyata tahun 622 M, benar-benar terjadi peperangan
antara keduanya dan dimenangkan oleh Romawi.
c. Kasus Abu Jahal. Ia adalah seorang tokoh musyrik
yang sangat keras menentang Rasulullah. Bahkan ia selalu menghalang-halangi
Rasulullah menjalanka shalat. Melihat kelakuan Abu Jahal tersebut, Allah
menyampaikan ancamannya di dalam QS. Al-‘Alaq ayat 9-19, yang artinya:
“Bagaimana
pendapatmu tentang orang yang melarang seorang hamba ketika dia melaksanakan
shalat, bagaimana pendapatmu jika dia (yang dilarang shalat itu) berada di atas
kebenaran (petunjuk), atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana
pendapatmmu jikak dia (yang melarang) itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah
dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)?
Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti(berbuat demikian) niscaya
kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka), (yaitu) ubun-ubun orang yang
mendustakan dan durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk
menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa
orang-orang yang berdosa), sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya;
dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah).”
Ancaman
yang disampaikan ayat tersebut sanngat tegas. Jika Abu Jahal tidak berhenti
menentang Nabi maka ubun-ubunnya akan ditarik. Hal ini terbukti pada saat
terjadi perang Badar, Abu Jahal adalah orang yang memicu terjadinya perang
tersebut, dan dia pula pemimpin pasukan musyrik. Kemenangan diraih kaum Muslim
dan Abu Jahal tewas, kemudian salah seorang sahabat menyeret kepala Abu Jahal
ke hadapan Rasulullah.
6. Isyarat-isyarat Ilmiah
Al Qur’an mengandungn
mukjizat ilmiah yaitu pemberitaan Al Qur’an tentang hakikat yang dibenarkan
oleh ilmu eksperimental akhir-akhir ini, dan ketidakmungkinan mengetahuinya
dengan sarana manusia pada zaman Rasulullah SAW. Sehingga tampaklah cakupan Al
Qur’an pada realitas alam yang diterangkan oleh pengertian ayat tersebut dan
manusia menyaksikan kebenarannya dalam (gejala) alam.
Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya
dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan.
Berikut beberapa contoh
isyarat ilmiah dalam Al Qur’an.
a.
Cahaya
matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan, dijelaskan
dalam QS. Yunus ayat 5:
هو الذي جعل الشمش ضيآء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب.
ما خلق الله ذلك الا بالحق, يفصل الايت لقوم يعلمون.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
b.
Kurangnya
oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas, dijelaskan dalam QS. Al An’am
ayat 125:
فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره
للا سلام ومن يرد أن يضله يجعل صدره ضيقا حرجا كأنما يصعد فى السمآء. كذا لك يجعل
الله الرجس على الذين لا يؤ منون.
“Barang
siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk) agama Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah
ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman.”
c. Perbedaan sidik jari manusia, diisyaratkan dalam QS.
Al Qiyamah: 4:
بلى قادرين على أن نسوي بنا نه.
“Bukan
demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun kembali jari jemarinya dengan
sempurna.”
d. Aroma/bau manusia berbeda-beda, sebagaimana
diisyaratkan dalam QS. Yusuf ayat 94:
ولما فصلت العير قال أبوهم انى
لأجد ريح يوسف لولا أن تفندون.
“Tatkala
kafilah itu telah keluar (dari negara Mesir), ayah mereka berkata,
“Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya aku tidak menuduhku lemah akal
(tentu kamu membenarkan aku).”
e. Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan
minimal, diisyaratkan dalam QS. Al Baqarah 233:
والوا لدت يرضعن أولادهن حولين
كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة, وعلى المولودله رزقهن وكسوتهن بالمعروف.
“Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.”
f. Adanya nurani (superego) dan bawah sadar
manusia, diisyaratkan dalam QS. Al Qiyamah ayat 14-16:
بل الاءنسان على نفسه بصيرة. ولوألقى معاذيره. لاتحرك
به لسانك لتعجل به.
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas
dirinya sendiri meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.”
g. Bagian yang merasakan nyeri adalah kulit,
diisyaratkan dalam QS. An Nisa’ ayat 56:
ان الذين كفروا بايتنا سوف نصليهم
نارا كلما نضجت جلودهم بدلنهم جلودا غيرها ليذوقواالعذاب, ان الله كان عزيزا
حكيما.
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam neraka. Setiap kali kulit merasa hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
h.
Permasalahan siklus zat makanan hidrologi
dijelaskan dalam QS. Az Zumar ayat 72:
“Apakah kamu tidak
memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian ditumbuhkan-Nya dengan
air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering
lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang
yang mempunyai akal.”
i.
Permasalahan pelestarian lingkungan dan pelestarian alam, dijelaskan
dalam QS. At Tiin ayat 1-3:
“Demi (buah) Tin dan (buah)
Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota Mekah ini yang aman.”
j.
Teori ilmiah lainnya yang ada dalam Al Qur’an antara lain:
1)
Mengenai pembentukan dunia yang pada mulanya merupakan kabut gas di mana
terjadi ledakan besar yang menimbulkan planet dan atom atau partikel yang
sederhana seperti hydrogen, dapat dipelajari dalam QS. Fushilat : 11, Al
Anbiya’:30 dan 104, adz Dzariyat : 47, Yaasin : 38, dan Ibrahim : 48.
2)
Mengenai evolusi makhluk hidup di dunia yang pada mulanya diciptakan dari
air yang lama kelamaan semakin sempurna dapat dipelajari dalam QS. Al Anbiya’ :
30, an Nur : 45, Thaha : 53, as Sajadah : 7, Nuh : 14, al Infithar :7-8, dan at
Tin : 4.
3)
Mengenai teori hibernasi “tidur panjang”, yaitu proses efisiensi yang
dengannya tubuh manusia mampu tidur ratusan tahun mungkin dapat dikembangkan di
dunia modern, dijelaskan dalam QS. Al Kahf : 10-25.
4)
Teori kepemimpinan, dijelaskan dalam QS. Al Maidah : 52-62, dan Al
Mujadilah : 22-24.
Kemu’jizatan
ilmiah Al Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah
yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam
penelitian dan pengamatan. Tetapi terletak pada dorongannya untuk berpikir dan
menggunakan akal, mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam.
H.
Bukti
Historis Kegagalan Menandingi Al Qur’an
Al Qur’an secara tegas menantang semua sastrawan dan orator Arab untuk
menandingi ketinggian Al Qur’an, namun tidak ada satu pun yang sanggup.
Meskipun mereka menentang dan memusuhi Al Qur’an serta Nabi Muhammad SAW.
tetapi sebenarnya mereka mengagumi ketinggian bahasa dan sastra yang ada pada
Al Qur’an. Hal ini terbukti dari hal berikut.
1.
Menurut
riwayat, Al Walid bin al-Mughirah, tokoh Quraisy pernah berkunjung ke rumah
Rasulullah dan beliau membacakan Al Qur’an dihadapannya. Ketika hal itu
diketahui Abu Jahal kemudian berkata kepadanya “hai paman, apakah engkau hendak
menghimpun harta kekayaan untukmu karena engkau telah mendatangi Muhammad untuk
memperoleh sesuatu dari padanya?” Ia menjawab, “sesungguhnya seluruh suku
Quraisy sudah mengetahui bahwa akulah yang paling kaya di antara mereka.” Kata
Abu Jahal, “kalau begitu ucapkanlah sesuatu untuk meyakinkan kaummu, bahwa
engkau mengingkari bacaan Muhammad itu.” Jawab Walid,”aku bingung apa yang
harus kukatakan, Demi Allah, tidak ada yang lebih mengerti dari aku di antara
kalian tentang syi’ir baik rajaznya, qashidahnya maupun
segala macam dan segala jenis syi’ir yang halus dan indah. Demi Allah
aku belum pernah mendengar kata-kata
yang seindah itu. Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan bukan pula kata-kata
tukang sihir atau tukang ramal seperti yang dikatakan orang selama ini. Sesungguhnya
Al Qur’an itu ibarat sebuah pohon yang rindang, akarnya terhujam ke tanah,
susunan kata-katanya amat manis dan sangat enak didengar. Itu bukanlah
kata-kata manusia. Ia sangat tinggi dan tidak ada yang dapat menandinginya.”
2.
Nadlar
bin Harits, salah satu pembesar Quraisy yang sangat membenci Islam, pada suatu
hari setelah ia mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang dibacakan oleh Nabi SAW., ia
berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kalian telah mengetahui,
bahwa aku belum pernah meninggalkan sesuatu, melainkan mesti aku mengetahui dan
membacanya serta mengatakannya lebih dahulu kepada kalian. Demi Allah sungguh
aku telah mendengar sendiri bacaan yang biasa diucapkan oleh Muhammad. Demi
Allah, katanya, aku sama sekali belum pernah mendengar perkataan seperti itu.
Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan bukan pula ramal.”
Bagi mereka yang tidak
mengerti dan mengetahui bahasa Arab, amat sulit bahkan tidak mungkin dapat
menangkap di mana letak kemu’jizatan Al Qur’an, baik dari segi keindahan
susunan maupun gaya bahasanya. Karena untuk mengetahui ketinggian dan mutu
suatu bahasa adalah tidak mungkin tanpa mengetahui dan menghayati keindahan
bahasa itu sendiri.
Di antara pendusta dan
musyrik Arab saat itu yang mencoba berusaha menandingi Al Qur’an adalah
Musailamah al Kadzdzab. Adapun tandingan yang dibuat adalah:
ياصفدع بنت صفد عين, نقى ما تنقين أعلاك فى الماء وأسفلك فى الطين.
Hai katak anak dari dua ekor katak, bersihkanlah apa
yang hendak engkau bersihkan, bagian atasmu ada di air dan bagian bawahmu ada
di tanah.
ألفيل مالفيل, وماأدراك مالفيل له ذنب وبيل وخرطوم طويل.
Gajah, apakah gajah itu, tahukah kamu apa gajah itu,
ekornya seperti tongkat dan belalainya
panjang.
انا أعطين ك الجماهر, فصل لربك وجاهر ان شانئك هوالكفر.
Sesungguhnya kami telah memberikanmu minman keras, maka
shalatlah karena tuhanmu dan keraskanlah suaramu, sesungguhnya orang yang
membencimu adalah orang-orang kafir.
والشاة وألوانها وأعجبها السود والبانها, والشاة السوداء, واللبن الأبيض انه
لعجب محض, وقد حرم المذق فما لكم لاتمجعون.
Demi kambing dan aneka warnanya, alangkah
mengagumkan hitamnya dan air susunya. Demi domba yang hitam dan air susunya
yang putih, sungguh hal ini sangat mengagumkan, sesungguhnya diharamkan mencampurnya
dengan kurma.
واطاحنات طحنا, والعاجنا عجنا, والخابزات خبزا والثاردات ثردا واللاقمان لقم,
اهالة وسمنا ... لقد فضلتم على اهل الوبر, وماسبقكم أهل المدر, ريفكم فامنعوه,
والعتر فآووه, والباغى فنا وئوه...
Demi penggilingan tepung yang digunakan menggiling, demi
roti, demi hujan yang rintik-rintik, demi beberapa genggam bila digenggam, yang
membuat menjadi gemuk.... Sesungguhnya kalian lebih diutamakan dari penduduk
badwi, dan sekali-kali kalian tidak akan dilampaui oleh penduduk negeri.
Jauhilah tempat yang banyak tanaman, jagalah dirimu dari penjahat, dan
hadapilah orang yang berbuat jahat dan aniaya itu....
Al Jahiz, seorang sastrawan terkemuka dalam karyanya
“al-hayawan”, menanggapi gubahan Musailamah, sebagaimana yang dikuti
oleh Usman: “saya tidak mengerti apa yang menggerakkan hati Musailamah al
Kadzdzab mennyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotor gubahan yang
dikatakannya sebagai ungkapan yang sama dengan Al Qur’an, yang dikatakannya
diturunkan kepadanya sebagai wahyu.”
Abu al Alla al Ma’ariy al Mutanabi juga berusaha
menandingi AlQur’an tetapi ketika mereka akan memulai tiba-tiba dia gellisah
dan bingung, kemudian dia merusak alat tulisnya dan merobek-robek kertasnnya.
Ibnu al Muqaffa, ketika hendak memulai membuat
kalimat tandingan Al Qur’an, ia mendengar seorang anak membaca firman Allah QS.
Hud ayat 44:
وقيل ياأرض ابلعي ماءك وياسماء أقلعي وغيض الماء وقضي الأمرواستوت على الجود
وقيل بعدا للقوم الظالمين.
“Dan difirmankan; Hai bumi, telanlah airmu
dan hai langit (hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera
itu pun berlabuh di atas bukit Judi kemudian dikatakan, binasalah orang-orang
yang zalim.”
Mendengar hal itu, ia lalu menyobek-nyobek
kertasnya, mengurungkan niatnya dan berkata: Demi Allah, adalah tidak mungkin
ada manusia yang dapat membuat seperti itu.
I. Hikmah Mempelajari
I’jazil Qur’an
Manfaat mempelajari I’jazil
Qur’an diantaranya adalah:
1.
Jika orang-orang yang hidup semasa Rasulullah SAW. telah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri mukjizat-mukjizat yang banyak, maka sesungguhnya
Allah memperlihatkan manusia masa kini mukjizat Rasulullah SAW., yang sesuai
dengan zaman mereka dan terbuktilah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah haq.
Munculnya bukti-bukti ilmiah ini memberikan kepercayaan untuk kedua kalinya
dalam hati orang-orang Islam yang diuji oleh orang-orang kafir tentang agama
mereka dengan mengatasnamakan ilmu pengetahuan dan apa yang telah dicapai oleh
kemajuan dan kebudayaan.
2.
Koreksi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Dengan
kemungkinan kaum muslimin untuk maju ke muka untuk mengoreksi perkembangan ilmu
pengetahuan di dunia dan menempatkannya pada tempat yang benar itu adalah jalan
untuk iman kepada Allah dan rasul-Nya, membenarkan apa yang ada pada Al Qur’an pedoman
untuk patuh dan tunduk dan saksi bagi penyelewengan agama-agama selainnya.
3.
Mengaktifkan kaum muslimin untuk penemuan-penemuan alam dengan motivasi
dan inisiatif keimanan.
Daftar Rujukan
Departemen
Agama RI, Al
Quran & Terjemahannya, Bandung : Diponegoro, 2000.
Allam,
Ahmad Khalid, Al Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan, Jakarta:
Gema Insani, 2005.
Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, Jakarta : Litera AntarNusa, 2004.
al-Zindani,
Abdul Majid bin Aziz, dkk, Mukjizat al Qur’an dan as-Sunnah tentang Iptek, Jakarta:
Gema Insani Press, 1997.
Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an,
Bandung : Pustaka Setia, 2000.
Chirzin, Muhammad, Al Qur’an
dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.
Deedat, Ahmed, Keajaiban Angka
19 dalam Al Qur’an (Tinjauan Matematis), ter. Nur Fatimah, Yogyakarta :
Fahima, 2007.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya
: Dunia Ilmu, 2000.
Hendri Ari, Mukjizat
Al-Qur’an, Jakarta : Artha Rivera, 2008.
Shihab, M.Quraish, Mukjizat
Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 2004.
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta
: Teras, 2009.
Zaid, Nasr Hamid Abu, Tekstualitas Al
Qur’an: Kritik terhadap Ulumul Qur’an, ter.Khoiron
Nahdliyin , Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar